Dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, kita terus-menerus dihadapkan pada berbagai pilihan dan keputusan.
Kita mungkin merasa telah menimbang semua opsi secara rasional, namun tanpa disadari, ada kekuatan psikologis tak kasat mata yang bekerja, yaitu framing effect.
Fenomena ini memainkan peran signifikan dalam cara kita memandang informasi dan pada akhirnya, bagaimana kita mengambil keputusan, terutama dalam konteks pemasaran.
Apa Itu Framing Effect dan Mengapa Ini Penting?
Secara sederhana, framing effect adalah bias kognitif yang terjadi ketika cara penyajian informasi baik secara verbal, visual, maupun kontekstual memengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan seseorang.
Dengan kata lain, “bagaimana” sebuah pesan disampaikan bisa sama pentingnya, atau bahkan lebih penting, daripada “apa” isi pesan itu sendiri.
Framing effect bias ini menunjukkan bahwa kita tidak selalu menjadi pengambil keputusan yang sepenuhnya objektif cara informasi dibingkai dapat mengarahkan kita pada kesimpulan tertentu.
Memahami framing effect sangat krusial dalam berbagai bidang, mulai dari komunikasi, politik, jurnalisme, hingga yang paling relevan bagi para pelaku bisnis, yaitu pemasaran.
Dalam dunia marketing, kemampuan untuk membingkai produk atau layanan secara efektif dapat menjadi pembeda antara produk yang dilirik dan produk yang diabaikan.
Mekanisme Psikologis di Balik Framing Effect
Beberapa mekanisme psikologis mendasari bagaimana framing effect bekerja:
- Teori Prospek dan Loss Aversion: Konsep ini, yang dipopulerkan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky, menjelaskan bahwa manusia cenderung lebih sensitif terhadap potensi kerugian daripada keuntungan dengan nilai yang sama. Misalnya, penawaran “Hindari denda keterlambatan pembayaran sebesar Rp50.000” mungkin lebih memotivasi daripada “Dapatkan bonus Rp50.000 untuk pembayaran tepat waktu,” meskipun hasilnya sama. Bingkai “kerugian” menciptakan rasa takut yang lebih kuat. Ini adalah inti dari strategi framing effect yang memanfaatkan keengganan terhadap kerugian.
- Pengaruh Heuristik dan Emosi: Framing effect sering memanfaatkan affect heuristic, di mana emosi yang ditimbulkan oleh bingkai informasi secara langsung memengaruhi penilaian kita. Bingkai positif dapat memicu perasaan senang dan optimisme, sementara bingkai negatif dapat memicu kecemasan dan kehati-hatian, mendorong tindakan yang berbeda.
- Fokus yang Terarah: Cara informasi dibingkai secara inheren mengarahkan perhatian kita pada aspek tertentu sambil mengabaikan aspek lainnya. Contohnya, produk makanan yang dipromosikan sebagai “99% bebas lemak” akan mengarahkan fokus pada aspek kesehatan, sedangkan jika disajikan sebagai “mengandung 1% lemak,” perhatian mungkin beralih ke potensi risiko, meskipun informasinya identik.
Jenis-Jenis Framing Effect dalam Marketing
Dalam konteks framing effect dalam marketing, beberapa jenis pembingkaian umum digunakan:
- Positive Framing: Menekankan manfaat, keuntungan, atau hasil positif yang akan diperoleh konsumen. Contoh: “Dapatkan kulit tampak 10 tahun lebih muda dengan serum kami” lebih menarik daripada sekadar menyebutkan bahan aktifnya. Tujuannya adalah membuat calon pembeli merasa diuntungkan dan antusias.
- Negative Framing: Menyoroti potensi kerugian, masalah yang bisa dihindari, atau konsekuensi negatif jika tidak mengambil tindakan. Contoh: “Jangan sampai kehabisan! Stok terbatas hanya untuk 100 pembeli pertama” menciptakan urgensi dan Fear of Missing Out (FOMO).
- Gain vs. Loss Framing: Ini adalah turunan langsung dari teori prospek. Pilihan untuk fokus pada apa yang akan didapat (gain) atau apa yang akan hilang (loss). Misalnya, “Hemat Rp100.000 dengan berlangganan sekarang” (gain) versus “Anda akan kehilangan diskon Rp100.000 jika tidak berlangganan hari ini” (loss). Keduanya bisa efektif tergantung target audiens dan konteksnya.
Strategi Framing Effect untuk Meningkatkan Penjualan
Menerapkan strategi framing effect yang cerdas dapat secara signifikan meningkatkan daya tarik produk dan mendorong konversi:
- Ciptakan Urgensi dengan Negative Framing: Tekankan kelangkaan (“Hanya tersisa 5 produk!”) atau batasan waktu (“Diskon berakhir tengah malam!”) untuk memicu FOMO dan mendorong pembelian segera.
- Tunjukkan Keuntungan Nyata dengan Positive Framing: Fokus pada bagaimana produk atau layanan Anda memberikan solusi konkret atau nilai tambah. Misalnya, “Bebaskan diri Anda dari tagihan listrik mahal dengan panel surya kami” lebih persuasif daripada sekadar “Jual panel surya.”
- Gunakan Komparasi untuk Memperjelas Nilai: Bingkai produk Anda sebagai pilihan yang lebih unggul atau lebih bernilai dibandingkan alternatif lain. Contoh: “Dapatkan fitur premium seharga Rp500.000 hanya dengan Rp150.000” atau “Nikmati kecepatan internet 3x lebih cepat dari provider lain dengan harga yang sama.”
- Pemilihan Kata yang Tepat: Kata-kata seperti “gratis,” “hemat,” “eksklusif,” “terbukti,” atau “jaminan” dapat memiliki dampak psikologis yang kuat. “Beli 1 Gratis 1” seringkali terasa lebih menarik daripada “Diskon 50%” meskipun nilainya bisa setara.
- Penetapan Harga Psikologis: Harga seperti Rp99.999 secara psikologis terasa jauh lebih murah daripada Rp100.000 karena fokus kita pada digit pertama. Ini adalah contoh framing effect yang sangat umum.
Contoh Framing Effect dalam Kehidupan Sehari-hari dan Pemasaran
Beberapa contoh framing effect yang sering kita jumpai:
- Kesehatan: “Operasi ini memiliki tingkat keberhasilan 90%” terdengar lebih meyakinkan daripada “Operasi ini memiliki risiko kegagalan 10%.”
- Politik: Isu imigrasi bisa dibingkai sebagai “ancaman terhadap lapangan kerja lokal” atau “kontribusi terhadap keragaman budaya dan ekonomi,” yang akan memengaruhi opini publik secara berbeda.
- Produk Daging: Label “75% daging tanpa lemak” lebih disukai daripada “mengandung 25% lemak.”
Mengurangi Pengaruh Negatif Framing Effect Bias
Meskipun pemasar menggunakan framing effect untuk keuntungan, sebagai konsumen, penting untuk menyadari pengaruhnya:
- Tingkatkan Kesadaran Diri: Sadari bahwa cara informasi disajikan dapat memengaruhi persepsi Anda.
- Ubah Cara Pandang: Coba bingkai ulang informasi dari sudut pandang yang berbeda. Jika ditekankan keuntungan, pikirkan potensi kerugiannya, dan sebaliknya.
- Analisis Informasi Lebih Mendalam: Fokus pada substansi, bukan hanya kata-kata. Cari data objektif.
- Diskusikan dengan Orang Lain: Mendapatkan perspektif berbeda dapat membantu mengenali framing yang mungkin tidak Anda sadari.
Maksimalkan Potensi Bisnis dengan Platform Digital
Dalam menerapkan strategi framing effect pada platform digital Anda, seperti web marketplace, cara Anda menyajikan informasi produk, promosi, dan ulasan pelanggan sangatlah krusial.
Desain visual, tata letak, dan pilihan kata pada deskripsi produk dapat secara signifikan memengaruhi persepsi calon pembeli.
Infanthree memahami pentingnya presentasi yang persuasif. Apakah Anda ingin membangun website bisnis? yang tidak hanya fungsional tetapi juga dirancang untuk memaksimalkan dampak positif dari framing effect dalam marketing, kami siap membantu.
Infanthree sebagai jasa buat website murah bagus dan dengan platform yang tepat, Anda dapat membingkai penawaran Anda secara lebih menarik, menciptakan urgensi yang efektif, dan pada akhirnya, meningkatkan konversi penjualan.
Penutup
Framing effect adalah alat psikologis yang sangat kuat dalam dunia pemasaran. Dengan memahami bagaimana pembingkaian informasi memengaruhi persepsi dan keputusan, bisnis dapat menyusun pesan yang lebih persuasif dan menarik.
Baik itu melalui positive framing, negative framing, atau perbandingan nilai, strategi framing effect yang tepat dapat membuat produk lebih dilirik dan mendorong penjualan.
Namun, penting untuk menggunakan teknik ini secara etis, memberikan nilai tambah yang jelas kepada pembeli, dan tidak menyesatkan.
Dengan pendekatan yang tepat, framing effect bisa menjadi aset berharga dalam membangun merek yang sukses dan hubungan pelanggan yang kuat.